(26-02-2007) Theo S. SosebekoDahulu kala, dijaman batu tua,
gunungTarakani memiliki puncak yang tinggimenjulang hingga diselimuti
kabut danawan. Penguasa gunung Tarakanibernama Buku Tarakani. Dia
menjaga danmengawasi semua lembah, ngarai dansungai serta hutan
belantara. Puncakyang tinggi menjulang dan dikelilingisegarah hijau bak
permadani menjadikanTarakani tempat berteduh yang nyamanuntuk semua
binatang hutan. Takketinggalan, burung-burung di udara punmenjadikan
gunung Tarakani sebagaiistana
hidup.Di
tengah kemegahan inilah BukuTarakani menjadi angkuh, tidak lagimenjadi
pelindung, pengayom danpenjaga. Ke laut dia menerpa badai danmenerjang
ombak, di darat diamembakar dan merajam hutanbelantara. Ketenangan
margasatwaterusik. Kabut dan awan menjadi murka,halilintar menggelegar,
kilat sambar-menyambar, petir membinasakan danmemusnakan, membuat kubu
kokohTarakani terancam. Lahar panasmenggerogoti pijakan kakinya,
magmabergemuruh dan bergeloramengeluarkan isi perutnya. Untung takdapat
diraih malang tak dapat ditolak.Tarakanipun terguncang
olehkeangkuhannya.Letusan tidak dapat lagi dielakkan.Puncaknya, Tarakani
yang tinggi kinipecah dan patah menjadi dua bagianyakni Tarakani Kecil
dan Tarakani
Besar.Tidak
berhenti disitu saja letusan jugamengeluarkan isi perut Tarakani
yangpanas dan menyirami daerah bagiantimur mulai dari daerah aliran kali
Wasi,Seki hingga pantai Somola yangmembentuk tanjung Bongo
menyusurPantai Wauo. Gelora isi perut yang tidakdapat tertahankan itu
akhirnya melepassemua magma dan lahar panas danhanya tinggal genangan
air yangtertinggal. Masyarakat menamakantempat itu Talaga Duma yang
memilikimakna Duma O Tarakani matubu dalutudeisisawa (tapi puncak
Tarakani tidaktenggelam dan hilang).Pengalaman hidup Buku Tarakani
inikemudian mengukir untaian falsafahorang Galela. Madalil ka lue
Talaga,manonako ka Tala Tarakani, mabirahi kaLeru Tarate, mabiara ka o
namo
Lori.Makna yang tersirat
dalam falsafah iniadalah keramah-tamahan orang Galelaseirama dengan
derasnya arus talaga.Kecantikan, kemolekan dan kegagahanorang Galela
tidak bisa melebihikeindahan bunga teratai, jika melebihimaka dia akan
jatuh dengan memperjual-belikan dirinya. Namanya orang Galelabisa hidup
rukun bersama denganbangsa dan suku apa saja dan dalamhidup ceria
bersama seperti kicauanburung Lori saat bermain bersamadengan
teman-temannya di air (maro oLori iciriri de igiliri).Jika memasuki
teluk daerah Galela darikejauhan sudah tampak gunungTarakani. Tampak
gunung Tarakani adadua, yakni Kecil dan Besar yang adalahpatahan puncak.
Berbeda denganTarakani Besar, Tarakani Kecil tidakmemiliki lubang. Oleh
masyarakat arealkaldera itu telah dimanfaatkan untukmenanam kelapa,
coklat, pala dan
pisang.Di bawah
kedua kaki gunung Tarakaniitulah terbentang tiga telaga yaitu
Duma,Kapupu Besar (sekarang telaga Makete)dan Kapupu Kecil serta
Kojarati (beradadi desa Makete dan Ngidiho) didugaterbentuk akibat
longsoran tanah ketikaletusan terjadi (Kapupu memiliki arti padasaat
terjadi letusan di dua area itu nyaristenggelam bersama disaat longsor
kedalam, dalam bahasa Galelakaimasigupupuku ya lutu). Sedangkanbebatuan
yang dikenal dengan batuhangus adalah bentukan lahar panasyang mengering
dan terbentang mulaidari tanjung Bongo, pantai Wauomembujur ke selatan
areal hutanMamuya hingga Seki dan kali Wasi. Bagimasyarakat Galela yang
menempati danmengintari ketiga talaga dalam jejeranSoa Maadu dan Soa
Mangowo jugabagian pesisir dalam Soa Sio semua kinitinggal kenangan dan
mitos.Menyimak makna yang tersirat daricerita ini mengingatkan orang
Galela danmasyarakat yang mendiami daerahGalela jika keangkuhan
dankesombongan menjadi busana hidup danmelupakan hinolah potulu kasi la
pomokude posuyu serta porame-rame deporubu-rubu pofato depofara de
pomakidikonaro-nari hilang dari peradaban orangGalela karena pengaruh
jaman makajatidiri ke-Galelaan itu akan hilang dalamhidup anak-anak
Galela. Karena itujangan heran apabila bencana kerapmenghantui
hidup.Kini
tinggal bagi generasi sekarang,maukah masyarakat Galela menjadikansemua
potensi ini menjadi obyek wisatayang layak dikunjungi atau
sebaliknya,mengambil dan mengubah sertamenghilangkan semua fakta. Ingat,
bumiyang kita pijak dan diami adalah pinjamandari anak cucu kita. Untuk
itu ketikamemanfaatkannya ingatlah mereka,bukan hanya diri
sendiri.>dikutip dari situs resmi halmahera utara >
http://www.halmaherautara.com