Kamis, 02 Juni 2016

Sejarah tarakani

GUNUNG TARAKANI GALELA

(26-02-2007)  Theo S. SosebekoDahulu kala, dijaman batu tua, gunungTarakani memiliki puncak yang tinggimenjulang hingga diselimuti kabut danawan. Penguasa gunung Tarakanibernama Buku Tarakani. Dia menjaga danmengawasi semua lembah, ngarai dansungai serta hutan belantara. Puncakyang tinggi menjulang dan dikelilingisegarah hijau bak permadani menjadikanTarakani tempat berteduh yang nyamanuntuk semua binatang hutan. Takketinggalan, burung-burung di udara punmenjadikan gunung Tarakani sebagaiistana hidup.Di tengah kemegahan inilah BukuTarakani menjadi angkuh, tidak lagimenjadi pelindung, pengayom danpenjaga. Ke laut dia menerpa badai danmenerjang ombak, di darat diamembakar dan merajam hutanbelantara. Ketenangan margasatwaterusik. Kabut dan awan menjadi murka,halilintar menggelegar, kilat sambar-menyambar, petir membinasakan danmemusnakan, membuat kubu kokohTarakani terancam. Lahar panasmenggerogoti pijakan kakinya, magmabergemuruh dan bergeloramengeluarkan isi perutnya. Untung takdapat diraih malang tak dapat ditolak.Tarakanipun terguncang olehkeangkuhannya.Letusan tidak dapat lagi dielakkan.Puncaknya, Tarakani yang tinggi kinipecah dan patah menjadi dua bagianyakni Tarakani Kecil dan Tarakani Besar.Tidak berhenti disitu saja letusan jugamengeluarkan isi perut Tarakani yangpanas dan menyirami daerah bagiantimur mulai dari daerah aliran kali Wasi,Seki hingga pantai Somola yangmembentuk tanjung Bongo menyusurPantai Wauo. Gelora isi perut yang tidakdapat tertahankan itu akhirnya melepassemua magma dan lahar panas danhanya tinggal genangan air yangtertinggal. Masyarakat menamakantempat itu Talaga Duma yang memilikimakna Duma O Tarakani matubu dalutudeisisawa (tapi puncak Tarakani tidaktenggelam dan hilang).Pengalaman hidup Buku Tarakani inikemudian mengukir untaian falsafahorang Galela. Madalil ka lue Talaga,manonako ka Tala Tarakani, mabirahi kaLeru Tarate, mabiara ka o namo Lori.Makna yang tersirat dalam falsafah iniadalah keramah-tamahan orang Galelaseirama dengan derasnya arus talaga.Kecantikan, kemolekan dan kegagahanorang Galela tidak bisa melebihikeindahan bunga teratai, jika melebihimaka dia akan jatuh dengan memperjual-belikan dirinya. Namanya orang Galelabisa hidup rukun bersama denganbangsa dan suku apa saja dan dalamhidup ceria bersama seperti kicauanburung Lori saat bermain bersamadengan teman-temannya di air (maro oLori iciriri de igiliri).Jika memasuki teluk daerah Galela darikejauhan sudah tampak gunungTarakani. Tampak gunung Tarakani adadua, yakni Kecil dan Besar yang adalahpatahan puncak. Berbeda denganTarakani Besar, Tarakani Kecil tidakmemiliki lubang. Oleh masyarakat arealkaldera itu telah dimanfaatkan untukmenanam kelapa, coklat, pala dan pisang.Di bawah kedua kaki gunung Tarakaniitulah terbentang tiga telaga yaitu Duma,Kapupu Besar (sekarang telaga Makete)dan Kapupu Kecil serta Kojarati (beradadi desa Makete dan Ngidiho) didugaterbentuk akibat longsoran tanah ketikaletusan terjadi (Kapupu memiliki arti padasaat terjadi letusan di dua area itu nyaristenggelam bersama disaat longsor kedalam, dalam bahasa Galelakaimasigupupuku ya lutu). Sedangkanbebatuan yang dikenal dengan batuhangus adalah bentukan lahar panasyang mengering dan terbentang mulaidari tanjung Bongo, pantai Wauomembujur ke selatan areal hutanMamuya hingga Seki dan kali Wasi. Bagimasyarakat Galela yang menempati danmengintari ketiga talaga dalam jejeranSoa Maadu dan Soa Mangowo jugabagian pesisir dalam Soa Sio semua kinitinggal kenangan dan mitos.Menyimak makna yang tersirat daricerita ini mengingatkan orang Galela danmasyarakat yang mendiami daerahGalela jika keangkuhan dankesombongan menjadi busana hidup danmelupakan hinolah potulu kasi la pomokude posuyu serta porame-rame deporubu-rubu pofato depofara de pomakidikonaro-nari hilang dari peradaban orangGalela karena pengaruh jaman makajatidiri ke-Galelaan itu akan hilang dalamhidup anak-anak Galela. Karena itujangan heran apabila bencana kerapmenghantui hidup.Kini tinggal bagi generasi sekarang,maukah masyarakat Galela menjadikansemua potensi ini menjadi obyek wisatayang layak dikunjungi atau sebaliknya,mengambil dan mengubah sertamenghilangkan semua fakta. Ingat, bumiyang kita pijak dan diami adalah pinjamandari anak cucu kita. Untuk itu ketikamemanfaatkannya ingatlah mereka,bukan hanya diri sendiri.>dikutip dari situs resmi halmahera utara > http://www.halmaherautara.com